JAKARTA, KOMPASSINDO.COM – CV. Pesona Bari Songket & Antique Palembang kembali hadir memeriahkan ajang Kreasi Bhayangkari Nusantara (KBN) 2025 yang digelar di Hall A dan Hall B, Jakarta International Convention Center (JICC), Senayan, pada tanggal 23–27 Juli 2025. Dalam kesempatan ini, Eka R. Mahyuddin, Owner dari CV. Pesona Bari Songket & Antique Palembang, mengungkapkan kebanggaannya sebagai generasi keempat yang melestarikan kerajinan tenun tradisional khas Palembang yang sudah berjalan sejak tahun 1952.
Mengusung tema besar “Sinergitas Bhayangkari Bersama UMKM Mendorong Kemandirian Ekonomi Bangsa”, keikutsertaan CV. Pesona Bari Songket & Antique Palembang bukan sekadar pamer produk, melainkan juga wujud komitmen menjaga kelestarian budaya Indonesia, khususnya kerajinan songket yang sarat makna dan sejarah.
“Kerajinan ini adalah warisan turun-temurun sejak generasi pertama hingga kini generasi keempat bersama anak saya. Kami sangat mengutamakan keaslian dan ketelitian tangan dalam setiap proses pembuatan, karena songket kami benar-benar mencerminkan budaya dan tradisi khas Palembang,” ujar Eka R. Mahyuddin dalam wawancara eksklusif dengan awak media di booth-nya, PA 35.
Eka juga menambahkan, sepanjang perjalanan di pameran-pameran sebelumnya, KBN 2025 ini merupakan partisipasi ketiganya dengan inovasi produk yang terus disesuaikan dengan perkembangan zaman. “Kami terus melakukan inovasi dari segi warna, motif, dan desain agar tetap relevan namun tetap menjaga nilai-nilai keaslian. Misalnya, kami mereproduksi kembali tenunan songket zaman dulu yang benangnya terbuat dari emas, dengan tampilan yang lebih modern tapi tidak menghilangkan motif asli yang otentik,” jelasnya.
Ia pun membagikan filosofi bahwa karya-karya tenun masa lalu memiliki nilai yang tinggi karena dibuat dengan fokus dan ketulusan yang luar biasa, tanpa gangguan teknologi seperti TV atau gadget yang kini banyak menyita perhatian manusia. “Kualitas dan detail pembuatan zaman dulu jauh lebih baik karena pembuatnya benar-benar fokus dan penuh dedikasi,” tambah Eka.
Mengenai pemasarannya, produk tenun tradisional ini telah dikenal luas sejak berdiri pada tahun 1952 dan kini telah berhasil menjangkau berbagai daerah. Namun, bagi Eka, yang paling penting adalah menjaga agar budaya ini tetap hidup dan tidak hilang ditelan perkembangan zaman.
“Melalui pameran seperti ini, kami berharap generasi muda semakin mengenal dan mencintai kerajinan tradisional yang sarat nilai sejarah dan budaya. Respon pengunjung tahun ini sangat positif, banyak yang antusias melihat dan mengenal produk kami,” ujar Eka.
Dalam kesempatan tersebut, Eka juga menyampaikan harapannya agar tenun songket khas Palembang tetap lestari dan diminati berbagai kalangan masyarakat. “Kami ingin warisan budaya ini tidak hanya bertahan, tapi juga terus berkembang dan abadi, agar anak cucu kita tetap bangga dengan identitas bangsa melalui kerajinan tangan yang indah ini,” tutup Eka dengan penuh harap.