Yogyakarta, KOMPASSINDO.COM, 19 Juli 2025 — Sebuah karya film pendek berjudul “Berani Itu Cahaya” lahir dari tangan-tangan remaja Katolik Paroki Wedi, Klaten, di bawah arahan Rm Edy Wiyanto Pr. Film musikal berdurasi 30 menit ini bukan hanya sekadar karya seni visual, melainkan refleksi mendalam tentang makna keberanian yang jauh dari pengertian umum. Terinspirasi dari nilai-nilai pendidikan dan pemikiran progresif Rm Mangunwijaya Pr, film ini menawarkan cara pandang baru bagi anak-anak dan generasi muda tentang arti “berani”.
Berbeda dari makna berani yang selama ini lekat dengan keberanian fisik atau melawan ketakutan, film ini mengangkat sisi filosofis dan moral dari keberanian: berani mengambil keputusan yang benar, berani mendengarkan suara hati, dan berani menerima risiko demi sebuah kebenaran. “Berani yang seperti itu, sesungguhnya adalah cahaya,” ujar Rm Edy Wiyanto Pr dalam pemutaran perdana internal di Chandari Heaven, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.
Kisah Simbolik Penuh Nilai
Film ini berkisah tentang sekelompok anak sekolah yang dihadapkan pada dilema sederhana namun simbolik: mengejar bola kaki yang masuk ke dalam hutan terlarang. Berdasarkan cerita turun-temurun yang dipercayai oleh guru-guru, hutan itu tidak boleh dimasuki siapa pun. Namun satu anak memilih masuk, membongkar rahasia di dalamnya, dan menemukan bahwa di balik larangan itu tersembunyi “harta karun”.
Harta karun yang dimaksud bukanlah emas atau permata, melainkan nilai-nilai luhur pendidikan yang selama ini dilupakan: eksploratif, kreatif, dan integral. Nilai-nilai ini menjadi metafora dari kebijaksanaan yang seharusnya menjadi dasar pendidikan anak-anak Indonesia—sebagaimana diajarkan oleh Rm Mangunwijaya Pr.
Warisan Rm Mangunwijaya Pr: Pendidikan Bukan Sekadar Mengajar
Sebagai figur penting dalam dunia pendidikan anak-anak marjinal di Yogyakarta, Rm Mangunwijaya Pr atau yang akrab dijuluki Romo Kali Code, telah lama dikenal karena pendekatannya yang inklusif dan humanis. Ia memperjuangkan pendidikan sebagai alat pembebasan dan pembentukan karakter. Menurutnya, pendidikan yang berhasil adalah yang mampu menanamkan nilai keberanian intelektual dan moral kepada anak-anak—bukan sekadar menjejalkan kurikulum.
“Pendidikan bukan sekadar alat untuk mengajar, tetapi sarana untuk membebaskan dan membentuk manusia utuh,” jelas Rm Edy Wiyanto Pr dalam wawancara singkat. Rm Mangun melihat bahwa pendidikan harus menggugah tiga dimensi utama: eksploratif (berani mencoba), kreatif (berani mencipta), dan integral (berani menyatu dengan nilai). Ketiga nilai inilah yang disebut dalam film sebagai “harta karun”.
Sayangnya, menurut Rm Edy, nilai-nilai ini telah lama terkubur. Sistem pendidikan yang ada justru membelenggu anak-anak dengan kurikulum yang kaku dan mengekang, menjadikan mereka generasi yang patuh, namun tidak bebas berpikir dan bertindak secara mandiri.
Tantangan Produksi dan Semangat Kolektif
Meski diproduksi dengan keterbatasan dana dan sumber daya, film Berani Itu Cahaya menjadi contoh nyata bahwa keberanian kolektif dan kerja sama bisa melahirkan karya inspiratif. Para pemain, penulis skenario, pemusik, hingga kru produksi berasal dari komunitas muda Paroki Wedi yang sebelumnya belum pernah terlibat dalam produksi film profesional. Namun justru dari keberanian merekalah film ini menjadi nyata.
“Tanpa keberanian itu, film ini tidak akan pernah ada. Prosesnya penuh tantangan, tapi sekaligus menjadi pengalaman belajar yang sangat berharga bagi semua yang terlibat,” ungkap Rm Edy.
Penulisan skenario dilakukan oleh Paulus Muhammad Iqbal, sementara penyutradaraan ditangani langsung oleh Rm Edy Wiyanto Pr. Musik dan lagu-lagu yang mengiringi film digarap oleh tim musik lokal yang menyatu dalam semangat pelayanan dan panggilan berkarya.
Masih Dirahasiakan: Tanggal Peluncuran Resmi
Mengenai peluncuran resminya kepada publik, Rm Edy belum mengungkap tanggal pasti. “Tunggu saja, akan kami umumkan pada waktunya,” ujar beliau dengan senyum misterius.
Film ini direncanakan akan ditayangkan secara terbatas terlebih dahulu di lingkungan komunitas Katolik, sebelum dipertimbangkan untuk pemutaran lebih luas, termasuk kemungkinan masuk ke festival film pendek atau ditayangkan di kanal digital.
Sebuah Harapan Baru
Lebih dari sekadar film pendek, Berani Itu Cahaya adalah undangan kepada kita semua untuk memaknai ulang keberanian. Bahwa keberanian bukan soal melawan musuh di luar, tetapi tentang melawan ketakutan dalam diri, berdiri atas nilai, dan mengambil keputusan yang mungkin tidak populer, namun benar.
Di tengah dunia pendidikan yang sering kali kehilangan arah, film ini menjadi cahaya kecil yang mengingatkan: harta karun sesungguhnya ada di dalam diri setiap anak Indonesia. Yang dibutuhkan hanyalah keberanian untuk menggali dan menyalakannya.