JAKARTA, KOMPASSINDO.COM – Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, memberikan apresiasi tinggi terhadap peran Asian Chinese Youth Association (ACYA) dalam menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia. Organisasi pemuda Tionghoa Asia ini aktif menggelar berbagai kegiatan sosial yang mempererat hubungan antarumat beragama, termasuk bakti sosial Ramadan yang digelar pada Sabtu (22/3) di Masjid Istiqlal, Jakarta.

Menurut Menteri Agama, inisiatif seperti ini merupakan bukti nyata bahwa keberagaman di Indonesia dapat berjalan harmonis. “Kita bisa melihat bagaimana semangat persatuan tetap terjaga, bahkan melalui kegiatan kecil seperti ini. Ini adalah contoh kecil dari sejarah panjang Indonesia yang sarat dengan nilai toleransi dan kebersamaan,” ujarnya.
Sejarah Masjid Istiqlal dan Peran Warga Tionghoa
Menteri Agama Nasaruddin Umar, yang juga menjabat sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal, menekankan bahwa sejarah berdirinya Masjid Istiqlal tidak terlepas dari peran warga Tionghoa dan umat beragama lainnya. Ia menjelaskan bahwa sejak awal, pembangunan Masjid Istiqlal mengandung nilai inklusivitas yang tinggi dan melibatkan banyak pihak lintas agama.
“Dari dulu, bangsa ini dibangun atas dasar gotong royong dan persatuan. Masjid Istiqlal sendiri adalah simbol bagaimana berbagai elemen masyarakat, termasuk warga Tionghoa, berkontribusi dalam membangun negeri ini,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Nasaruddin menyoroti kesamaan nilai antara Islam dan Konfusianisme dalam membangun perdamaian dunia. “Persamaan antara falsafah China, Konfusianisme, dengan Islam itu sangat dahsyat. Jika dua pemikiran ini berkolaborasi, kita akan mampu menjadi pelindung kemanusiaan serta pengangkat martabat manusia. Perbedaan yang merusak harus dihilangkan, dan generasi muda harus dibekali nilai-nilai perdamaian agar mereka tumbuh dalam harmoni,” tegasnya.
Program ACYA: Mengajarkan Bahasa Mandarin dan Silat Shaolin

Presiden ACYA, Helga Abraham, mengungkapkan bahwa kerja sama yang terjalin tidak hanya sebatas kegiatan bakti sosial Ramadan, tetapi juga akan berlanjut ke berbagai program pendidikan dan budaya. Salah satu program unggulan yang akan segera dilaksanakan adalah pengajaran bahasa Mandarin dan seni bela diri Shaolin bagi para pelajar dan santri di Masjid Istiqlal.
“Ke depan, kami akan mengirimkan tenaga ahli untuk mengajarkan bahasa Mandarin serta seni bela diri Shaolin kepada para pelajar dan santri di Masjid Istiqlal. Ini akan menjadi bagian dari kegiatan ekstrakurikuler mereka,” jelas Helga.
Menurutnya, program ini bertujuan untuk membuka wawasan generasi muda agar lebih siap menghadapi tantangan global. “Kami ingin berkontribusi dalam membangun generasi muda Indonesia, terutama para santri yatim piatu di Masjid Istiqlal, agar mereka memiliki bekal keterampilan yang berguna di masa depan,” tambahnya.
Helga juga menegaskan bahwa ACYA akan terus berkolaborasi dengan Masjid Istiqlal melalui berbagai program pendidikan dan kebudayaan di Chinese Space. “Kami ingin terus mendidik anak-anak agar memiliki kemampuan bahasa Mandarin yang baik, sekaligus mengenalkan budaya melalui silat Shaolin. Ini adalah bentuk kerja sama yang akan terus kami kembangkan,” katanya.
Dukungan dari Berbagai Pihak
Acara bakti sosial Ramadan ini turut dihadiri oleh berbagai tokoh, termasuk Dewan Penyantun Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), Abraham Rudy Hartono. Ia hadir dengan mengenakan batik dan kopiah hitam, sebagai simbol keterbukaan dan kebersamaan antara berbagai budaya di Indonesia. Selain itu, sejumlah pengurus ACYA juga turut hadir dalam acara ini.
Keberadaan organisasi seperti ACYA menunjukkan bahwa generasi muda memiliki peran penting dalam membangun toleransi dan persatuan di tengah keberagaman. Dengan semakin banyaknya kerja sama lintas budaya dan agama, diharapkan Indonesia dapat terus menjadi contoh negara yang harmonis dan damai di mata dunia.