JAKARTA, KOMPASSINDO.COM – Dalam acara yang berlangsung di di Park Hyatt Presidential Suite Jakarta, Kamis (20/3)sore., para pengurus Asosiasi Kreator Konten Indonesia (AKKSI) berkumpul dalam sebuah acara silaturahmi yang penuh makna. Selain agenda penandatanganan berkas acara AKKSI periode 2025-2030, acara ini juga dirangkaikan dengan buka bersama serta kesempatan untuk menikmati karya seni. Agenda tersebut diprakarsai oleh Bill Mohdor, Founder Billmohdorstudio, yang berkolaborasi dengan G3N PROJECT sebagai tuan rumah.

Tak hanya itu, acara ini turut menjadi saksi penandatanganan pendirian AKKSI yang disaksikan oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Helmy Yahya, Ketua Umum AKKSI, serta beberapa nama besar seperti Ardian Zakhary, Rudi Hidayat, Chandra Putra Negara, dan banyak lagi. Dalam suasana ramah tamah dan penuh kehangatan ini, Batik Anisi Modeste, yang dimiliki oleh Farida Wasila, turut serta menampilkan koleksi batik Pekalongan yang memukau.

Farida Wasila, sebagai pemilik Batik Anisi Modeste, dengan penuh semangat berbagi cerita tentang karya-karya batiknya yang penuh dengan nilai budaya dan estetika. Ia menekankan pentingnya pengenalan batik Pekalongan kepada generasi muda agar mereka lebih mencintai dan melestarikan budaya batik yang sudah diwariskan turun-temurun. “Batik Pekalongan memiliki kekayaan corak yang sangat beragam. Setiap corak, seperti yang ditampilkan pada koleksi saya, memiliki filosofi dan cerita tersendiri. Salah satunya adalah penggunaan canting nomor 0, yang memiliki ukuran kecil dan memerlukan waktu yang lama untuk pengerjaannya,” jelas Farida.

Menurut Farida, semakin kecil ukuran canting yang digunakan, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah kain batik. Sebagai contoh, sebuah kain batik sepanjang 2 meter dengan canting kecil bisa memakan waktu hingga dua bulan untuk diselesaikan. Farida juga menambahkan bahwa keunikan batik Pekalongan terletak pada kualitas pengerjaan dan detailnya yang sangat tinggi, menjadikannya salah satu warisan budaya Indonesia yang tak ternilai harganya.

Selain itu, Farida juga memberikan pandangannya tentang pentingnya generasi muda untuk mempelajari dan mencintai batik. “Batik itu bukan hanya tentang seni, tetapi juga tentang identitas bangsa. Saya berharap anak-anak muda di Pekalongan, khususnya yang terlibat dalam gerakan batik Rifaiyah, bisa terus melestarikan budaya ini melalui pendidikan di sekolah-sekolah dan ekstrakurikuler di SMK. Dengan begitu, batik akan terus hidup dan berkembang di tangan generasi muda,” tuturnya penuh harap.

Pada kesempatan ini, Farida juga mengungkapkan rasa bangganya bisa berkolaborasi dengan sejumlah pihak dalam mendukung eksistensi batik Pekalongan di tengah pesatnya perkembangan zaman. Ia merasa bahwa kolaborasi seperti ini akan memberikan dampak positif bagi pelestarian batik di kalangan anak muda.

Tak hanya sekadar memperkenalkan karya batiknya, Batik Anisi Modeste juga menjadi salah satu contoh bagaimana kekayaan budaya lokal bisa dijaga dan diperkenalkan melalui platform kreatif seperti AKKSI. Dengan adanya kolaborasi ini, diharapkan lebih banyak pihak yang peduli dan mendukung pelestarian batik sebagai bagian dari identitas budaya Indonesia.

Dengan langkah-langkah konkret dan komitmen yang kuat dari para pelaku seni dan budaya, khususnya Farida Wasila, Batik Anisi Modeste, serta gerakan-gerakan pelestarian lainnya, batik Pekalongan diharapkan bisa terus berkembang dan menjadi kebanggaan bangsa. Farida pun mengingatkan kepada semua pihak, “Jika kita mencintai batik, kita juga mencintai budaya kita sendiri.”

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *