JAKARTA, KOMPASSINDO.COM – Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) bersama Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) menggelar seminar nasional bertajuk Outlook Sektor Pertanian 2025 sekaligus peluncuran buku Transformasi Sistem Pangan dan Pertanian. Acara yang berlangsung pada Senin, 3 Februari 2024, di Ballroom Lt. 10 Hotel Manhattan Jakarta ini menghadirkan berbagai pembicara dari kalangan akademisi, pemerintah, serta pakar ekonomi pertanian.
Sejumlah tokoh turut hadir sebagai narasumber, termasuk Firman Soebagyo, S.E., M.H., anggota Komisi IV DPR RI yang mewakili Menteri Pertanian Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman. Pembicara lainnya adalah Prof. Bustanul Arifin (Ketua INDEF-PERHEPI), Dr. Yudi Sastro (Ditjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian), Aisyah Nur Geni (Asisten Peneliti INDEF) selaku moderator, Leonardo Teguh Sambado, S.P., M.S., Ph.D. (Deputi Bidang Pengolahan SDA dan Lingkungan Hidup Bappenas), serta Arief Prasetyo Adi, S.T., M.T. (Kepala Badan Pangan Nasional).
Transformasi Sistem Pangan, Kunci Pembangunan Nasional
Dalam pemaparannya, Prof. Bustanul Arifin menegaskan bahwa transformasi sistem pangan adalah bagian penting dari kerangka pembangunan nasional. Ia mengingatkan bahwa tanpa perbaikan sistem pangan, target Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 akan sulit tercapai.
“Transformasi ini harus ditempatkan dalam kepentingan yang lebih luas. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045, ada lima sasaran utama, yaitu peningkatan pendapatan per kapita, pengurangan kemiskinan dan ketimpangan, peningkatan daya saing global, pengembangan sumber daya manusia unggul, serta keberlanjutan dan pengurangan emisi karbon,” jelasnya.
Menurutnya, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) mendatang harus menyesuaikan target dengan dinamika sektor pertanian. Pemerintah saat ini menekankan tiga pilar utama pembangunan, yakni pertumbuhan ekonomi sebesar 8%, pengentasan kemiskinan ekstrem, serta penguatan sumber daya manusia. Beberapa program prioritas yang akan didorong meliputi pemberian makanan bergizi gratis, swasembada pangan, energi, dan air, serta peningkatan akses pendidikan dan kesehatan.
Reformasi Subsidi Pupuk dan Digitalisasi Pertanian
Prof. Bustanul juga menyoroti pentingnya reformasi subsidi pupuk untuk memastikan keberlanjutan sistem pertanian. Ia menekankan bahwa pendekatan Nexus antara pangan, energi, dan air harus segera diterapkan agar sektor pertanian lebih tangguh dalam menghadapi perubahan iklim dan tantangan global.
“Kita perlu mengintegrasikan reformasi kebijakan, termasuk subsidi pupuk yang masih menjadi perdebatan panjang. Pemerintah harus memastikan bahwa keberlanjutan subsidi ini dapat terjamin setiap tahunnya,” ungkapnya.
Selain itu, ia juga menegaskan pentingnya strategi intensifikasi dan ekstensifikasi untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian. “Swasembada pangan bukan hanya soal peningkatan produksi, tetapi juga memastikan keterjangkauan, pemanfaatan, serta kesejahteraan petani. Dalam RPJMN, indikator keberhasilan tidak hanya diukur dari jumlah produksi, tetapi juga dari dampaknya terhadap kesejahteraan petani dan ketahanan pangan nasional,” jelasnya.
Seminar ini juga menyoroti tantangan besar yang dihadapi sektor pertanian Indonesia, terutama stagnasi produktivitas akibat minimnya inovasi teknologi pascareformasi.
“Sejak era Presiden Soeharto, belum ada lompatan signifikan dalam produktivitas pertanian. Kita masih terjebak dalam penggunaan pupuk kimia berlebihan, yang justru merusak kesuburan tanah. Ini harus diatasi dengan penerapan teknologi pertanian yang lebih efisien,” ujar salah satu narasumber.
Sebagai solusi, pemerintah tengah menyiapkan kebijakan digitalisasi sektor pertanian, termasuk penerapan Kartu Tani untuk mengoptimalkan distribusi pupuk dan bantuan pertanian lainnya.
Sementara itu, penelitian menunjukkan bahwa dari ratusan varietas padi yang telah dikembangkan, hanya sebagian kecil yang benar-benar dimanfaatkan oleh petani. “Inovasi pertanian kita banyak, tetapi implementasinya masih minim. Kita harus memastikan bahwa teknologi dan benih unggul benar-benar sampai ke petani dan memberikan dampak nyata,” tegas seorang narasumber.
Masa Depan Sektor Pertanian Indonesia
Seminar ini menegaskan bahwa transformasi sistem pangan dan pertanian harus menjadi prioritas dalam kebijakan pembangunan nasional. Dengan pendekatan yang terintegrasi serta dukungan kebijakan yang tepat, sektor pertanian diharapkan mampu berkontribusi lebih besar terhadap ketahanan pangan, kesejahteraan petani, dan pertumbuhan ekonomi nasional di masa depan.