JAKARTA, KOMPASSINDO.COM – Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) sukses menyelenggarakan APNI Academy, sebuah program pelatihan khusus bagi profesional di sektor pertambangan, yang berlangsung pada 26–27 Februari 2025. Pelatihan yang berfokus pada Financial Modeling untuk Management Finance Pertambangan ini mendapat respons positif dari peserta dan diharapkan menjadi langkah awal untuk pengembangan kompetensi finansial di industri nikel.
Penutupan acara ini dilakukan secara resmi oleh Ketua Bidang Perizinan DPP APNI, Ense da Cunha Solapung, yang mewakili Ketua Umum DPP APNI, Ristiawan Suherman. Dalam sambutannya, Ense menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat, termasuk pelatih dan mentor finansial pertambangan Nuzulul Haq, panitia penyelenggara, serta perusahaan yang telah mengikutsertakan tim keuangannya dalam APNI Academy perdana ini.
“Saya berharap ilmu yang telah diperoleh dapat segera diterapkan dalam proses financial modeling di perusahaan masing-masing. Ini adalah langkah awal untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi keuangan di sektor pertambangan,” ujar Ense dalam acara penutupan.
Sebagai bentuk apresiasi, APNI juga menyerahkan sertifikat partisipasi kepada seluruh peserta yang telah mengikuti pelatihan ini.
Pelatihan Finansial yang Berbobot, Peserta Minta Durasi Diperpanjang
APNI Academy perdana ini mendapatkan tanggapan positif dari peserta yang menganggap materi yang disampaikan sangat berbobot dan aplikatif. Beberapa peserta menilai bahwa pelatihan ini memberikan wawasan baru yang dapat langsung diterapkan dalam pekerjaan mereka. Namun, sejumlah peserta mengusulkan agar durasi pelatihan diperpanjang dari dua hari menjadi tiga hari, agar pemahaman mereka lebih mendalam dan ada lebih banyak waktu untuk praktik langsung.
Menanggapi usulan ini, Ense menyatakan bahwa sesi Financial Modeling berpotensi dimasukkan ke dalam Training to Miners (TTM) APNI, sebuah program pelatihan tahunan yang telah menjadi agenda tetap asosiasi.
“Jika sesi ini menjadi bagian dari TTM tahunan APNI, tentu jangkauannya bisa lebih luas, dan peserta dari berbagai perusahaan pertambangan akan lebih banyak. Namun, untuk APNI Academy perdana ini, saya kira sudah berjalan dengan sangat baik,” ungkapnya.
Dukungan Ketua Umum DPP APNI dan Rencana Pelatihan Lanjutan
Ketua Umum DPP APNI, Ristiawan Suherman, turut memberikan dukungan penuh terhadap keberlanjutan APNI Academy. Ia menilai bahwa penguatan aspek finansial dalam industri pertambangan adalah kunci untuk menciptakan ekosistem yang lebih profesional dan transparan.
“Sektor pertambangan, khususnya nikel, terus berkembang dan membutuhkan SDM yang tidak hanya kuat di aspek teknis, tetapi juga memiliki pemahaman finansial yang solid. APNI Academy adalah langkah awal yang sangat baik, dan kami berharap ini dapat terus berlanjut dengan materi yang lebih dalam,” ujar Ristiawan.
Lebih lanjut, APNI berencana untuk kembali mengadakan APNI Academy dalam beberapa bulan mendatang, sehingga peserta dapat memperdalam materi yang telah mereka pelajari. Selain itu, terdapat wacana untuk menghadirkan sesi pelatihan tambahan bertajuk Financial Business, yang lebih banyak membahas studi kasus nyata di industri pertambangan.
“Saat ini, TTM bersifat umum. Ke depan, mungkin bisa kita bagi menjadi beberapa sesi atau event khusus, seperti yang fokus pada finansial, PNBP, pajak, serta kewajiban perusahaan tambang kepada negara,” kata Ense.
Dengan konsep pelatihan yang lebih spesifik dan mendalam, diharapkan para peserta dapat benar-benar memahami aspek keuangan dan regulasi yang berlaku di industri pertambangan.
Peserta Apresiasi APNI Academy: “Ilmunya Sangat Berbobot”
Para peserta mengapresiasi penyelenggaraan APNI Academy ini, terutama dari sisi kualitas materi dan metode penyampaian.
“Ilmunya sangat berbobot, dan langsung bisa diterapkan dalam pekerjaan. Tapi memang, durasinya masih terasa kurang, jadi kalau bisa diperpanjang ke depan,” ujar salah satu peserta.
Meski baru pertama kali diadakan, APNI Academy telah menunjukkan potensinya sebagai wadah pelatihan berkualitas bagi para profesional di sektor pertambangan. Dengan dukungan penuh dari APNI dan rencana pengembangan lebih lanjut, pelatihan ini diharapkan semakin berdampak bagi industri nikel di Indonesia.