KOMPASSINDO.COM, JAKARTA – Suasana hangat penuh keberagaman mewarnai penyelenggaraan Festival Toleransi dan Budaya 2025 yang digelar di kompleks kementerian di Jakarta, Minggu (16/11). Kegiatan ini diselenggarakan oleh Indonesia Conference on Religion and Peace (ICRP) dalam rangka memperingati Hari Toleransi Internasional, serta dibuka secara resmi oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti.
Festival Toleransi dan Budaya 2025 hadir sebagai ruang bersama bagi seluruh komunitas lintas agama, kepercayaan, dan budaya untuk menegaskan kembali nilai-nilai toleransi yang menjadi ciri khas Indonesia. Kegiatan ini menghadirkan pameran karya budaya, talkshow, pertunjukan seni, hingga berbagai aktivitas yang menampilkan kekayaan ekspresi dari masing-masing komunitas.
Salah satu peserta, Muzaffar Ahmad dari Jemaat Muslim Ahmadiyah Indonesia, menyatakan apresiasinya terhadap penyelenggaraan festival ini. Dalam wawancara dengan awak media, ia menegaskan bahwa keberagaman adalah aset bangsa yang harus terus dijaga dan dirawat agar tidak pudar dimakan zaman.
“ICRP sebagai penyelenggara adalah wadah bagi semua agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia. Festival ini melambangkan bagaimana keberagaman bisa hidup berdampingan bersama dalam satu karya. Ini menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi toleransi,” ujar Muzaffar.
Ia menjelaskan bahwa seluruh booth peserta menampilkan karya terbaik dari komunitas masing-masing, mulai dari kebudayaan, seni, hingga pengenalan ajaran. Festival ini tidak hanya sekadar perayaan, tetapi menjadi ruang edukasi dan interaksi bagi masyarakat untuk memahami keragaman Indonesia secara lebih dekat.
“Acara ini ada pameran dari tiap komunitas, dilengkapi festival budaya, talkshow, hingga peragaan batik dan karya seni lainnya. Komunitas menampilkan karya terbaik mereka, baik dari sisi kebudayaan maupun ajaran yang mereka miliki,” tambahnya.
Muzaffar juga mengingatkan bahwa festival serupa telah beberapa kali diselenggarakan, termasuk yang digelar tahun lalu di Galeri Nasional dalam rangka menyambut kedatangan Paus Fransiskus. Tahun ini, ia merasa bersyukur karena jumlah partisipan semakin meningkat dan perhatian masyarakat terhadap toleransi semakin besar.
“Harapannya ke depan acara seperti ini bisa terus terlaksana, mungkin dengan skala yang lebih besar dan lebih kompleks. Supaya kita saling mengenal keberagaman yang ada di Indonesia, serta saling menghargai antarumat beragama,” ungkapnya.
Festival Toleransi dan Budaya 2025 menjadi momentum penting untuk memperkuat persatuan nasional. Dalam situasi sosial yang dinamis, kehadiran ruang-ruang dialog lintas iman seperti ini terbukti mampu mempererat relasi masyarakat, mengikis prasangka, serta menumbuhkan komitmen untuk membangun Indonesia yang damai dan inklusif.
