KOMPASSINDO.COM, Cibinong, Bogor – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bakti Pajajaran Cibinong bersama PT Bina Edu Kreasi (BEK) dan PT MMT menyelenggarakan Workshop Nasional Pelatihan Terapi Oksigen Hiperbarik (TOHB) bagi tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Kegiatan yang berlangsung selama lima hari, 3–7 November 2025, di Instalasi Diklat & Riset RSUD Cibinong ini diikuti oleh 15 peserta yang terdiri dari dokter, perawat, dan ahli elektromedik dari berbagai daerah di Indonesia.

Acara dibuka secara resmi oleh dr. Ajeng Normala, Sp.OG, selaku Wakil Direktur Pelayanan RSUD Cibinong yang hadir mewakili Direktur RSUD Bakti Pajajaran Cibinong. Dalam sambutannya, dr. Ajeng menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat kompetensi tenaga medis di bidang terapi oksigen hiperbarik yang semakin berkembang pesat di Indonesia.

“Kemajuan teknologi kedokteran, khususnya dalam terapi hiperbarik, membuka peluang besar bagi kita untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Terapi oksigen hiperbarik telah terbukti efektif dalam menangani berbagai kondisi medis, mulai dari penyakit dekompresi hingga penyembuhan luka kronis. Namun, keberhasilan teknologi ini bergantung pada kompetensi dan profesionalisme tenaga kesehatan yang mengoperasikannya,” ujar dr. Ajeng dalam sambutan pembukaannya. Ia menegaskan bahwa pelatihan ini bukan sekadar kegiatan rutin, tetapi bagian dari upaya berkelanjutan untuk membentuk tenaga kesehatan yang profesional dan berpengetahuan mutakhir.

Pimpinan PT Bina Edu Kreasi, Lissa Imelia, didampingi Direktur Utama PT Bina Edu Kreasi, Rahma Yuni Rizqina, M.Ikom, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk dukungan terhadap peningkatan mutu layanan terapi oksigen hiperbarik di rumah sakit-rumah sakit Indonesia.

“Kegiatan workshop ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi para peserta dalam pemberian terapi oksigen hiperbarik di fasilitas layanan kesehatan. Kami berharap setelah mengikuti pelatihan ini, peserta dapat menerapkan ilmu yang diperoleh sehingga mutu pelayanan terhadap pasien meningkat,” kata Lissa.

Ia menambahkan bahwa edukasi publik tentang manfaat terapi oksigen hiperbarik juga penting dilakukan. “Kegiatan ini tidak hanya untuk tenaga medis, tetapi juga menjadi bagian dari edukasi publik agar masyarakat tahu bahwa terapi oksigen hiperbarik memiliki banyak manfaat, mulai dari mempercepat penyembuhan luka hingga membantu proses pemulihan pascaoperasi,” ujarnya.

Direktur Utama PT Bina Edu Kreasi, Rahma Yuni Rizqina, M.Ikom, menegaskan bahwa pelatihan seperti ini sangat relevan dengan kebutuhan dunia kesehatan modern. “Tujuan utama pelatihan ini adalah agar para dokter, perawat, dan tenaga elektromedis menjadi lebih mahir dalam memanfaatkan fasilitas terapi oksigen hiperbarik,” jelasnya.

Prof. Dr. M. Guritno Suryokusumo, SMHS, DEA, pakar terapi oksigen hiperbarik Indonesia sekaligus narasumber utama workshop, menilai kegiatan ini sebagai langkah awal penting dalam peningkatan kompetensi tenaga medis. “Workshop ini menjadi langkah awal yang baik untuk meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam mengelola layanan hiperbarik di berbagai fasilitas kesehatan,” jelasnya.

Ia menjelaskan bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2024, layanan terapi hiperbarik kini dapat dilakukan tidak hanya di klinik utama, tetapi juga di layanan primer. “Dengan regulasi baru ini, tenaga medis perlu memahami teknologi, keselamatan, dan tata laksana operasionalnya secara komprehensif,” tambah Prof. Guritno.

Sebagai pelopor terapi oksigen hiperbarik di Indonesia, Prof. Guritno menuturkan bahwa sejak tahun 1987 fasilitas hiperbarik hanya tersedia di lingkungan militer, namun kini sudah tersebar di hampir 40 pusat di seluruh Indonesia. “Perkembangan ini harus diimbangi dengan peningkatan SDM yang kompeten, agar keamanan dan kualitas pelayanan tetap terjaga,” tegasnya.

Kepala Instalasi Diklat dan Riset RSUD Cibinong, Dr. Bertie Riyestavani, M.M., menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan bentuk komitmen rumah sakit untuk memperkuat kemampuan tenaga medis dalam pelayanan hiperbarik. “Rumah sakit dan klinik yang memiliki fasilitas terapi oksigen hiperbarik perlu memiliki izin operasional sesuai standar nasional. Melalui pelatihan ini, peserta akan memperoleh kompetensi dan kualifikasi yang dibutuhkan,” jelas Dr. Bertie.

Ia menegaskan bahwa kegiatan ini akan dijadikan agenda rutin nasional. “Antusiasme peserta luar biasa. Kami berencana memperluas jangkauan peserta dan meningkatkan level sertifikasinya agar pelatihan ini menjadi rujukan nasional di bidang terapi hiperbarik,” tambahnya.

Salah satu peserta workshop, dr. Efriadi Ismail, Sp.P dari RS Persahabatan Jakarta, menilai pelatihan TOHB ini sangat bermanfaat bagi tenaga medis. “Ini kegiatan pertama kami di bidang hiperbarik, dan pelatihan seperti ini penting karena masih sedikit tenaga medis yang memiliki kompetensi di bidang ini. Padahal manfaatnya besar bagi pelayanan pasien,” ujarnya.

Menurut dr. Efriadi, terapi oksigen hiperbarik terbukti membantu penyembuhan luka akibat diabetes, trauma jaringan, infeksi berat, hingga gangguan pascaoperasi. “Oksigen bertekanan tinggi mempercepat regenerasi sel dan memperbaiki jaringan yang rusak. Kami di RS Persahabatan sedang mempersiapkan pengembangan layanan ini agar bisa segera diterapkan,” katanya.

Ia menambahkan bahwa PT Bina Edu Kreasi bersama RSUD Cibinong telah menjadi contoh baik dalam pengembangan layanan hiperbarik di rumah sakit daerah. “Pelatihannya terstruktur, fasilitasnya lengkap, dan materinya sangat komprehensif. Kami berharap kegiatan seperti ini bisa terus dilanjutkan secara rutin,” ujarnya.

Dukungan juga datang dari Menaria Roniarta, SKM, perwakilan Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPAFK) Jakarta, Direktorat Farmasi dan Alat Kesehatan Kemenkes RI. Ia menilai kegiatan ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu dan keselamatan pelayanan kesehatan.

“Kami dari BPAFK Jakarta sangat mendukung kegiatan workshop terapi oksigen hiperbarik ini. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kompetensi peserta agar mampu memberikan pelayanan yang aman, efektif, dan sesuai standar,” ujar Menaria.

Menurutnya, edukasi berkelanjutan seperti ini penting untuk memperkuat sistem pelayanan kesehatan di era modern. “Harapan kami, kegiatan seperti ini terus dikembangkan di berbagai daerah agar semakin banyak tenaga kesehatan yang memahami standar operasional terapi hiperbarik,” tutupnya.

Workshop Nasional Pelatihan Terapi Oksigen Hiperbarik (TOHB) Angkatan I Tahun 2025 ini menghadirkan kombinasi sesi teori, simulasi, dan praktik langsung dengan pendampingan narasumber ahli nasional.

Dengan semangat kolaborasi antara pemerintah, rumah sakit, dan sektor swasta, pelatihan ini diharapkan menjadi tonggak awal peningkatan kualitas pelayanan terapi oksigen hiperbarik di seluruh Indonesia — sebuah langkah nyata menuju layanan kesehatan yang lebih profesional, aman, dan berstandar nasional.

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *