KOMPASSINDO.COM, Jakarta – Dunia terapi alternatif di Indonesia terus menunjukkan perkembangan pesat, salah satunya melalui metode Totok Punggung yang kini diminati tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di berbagai negara Asia. Abdul Rahman, seorang trainer dan terapis berpengalaman, mengungkapkan hal tersebut dalam wawancara bersama awak media saat kegiatan “Pelatihan Dasar dan Pendalaman Totok Punggung” yang digelar selama dua hari, Minggu (19/10) di Jakarta.
Dalam sesi wawancara, Abdul Rahman menjelaskan bahwa pelatihan ini dirancang untuk memberikan pemahaman menyeluruh tentang teknik totok punggung, baik dari sisi penelitian dasar hingga penanganan kasus darurat (emergency). “Hari pertama kita fokus pada dasar-dasar pemaparan punggung dan sistem tubuh manusia. Hari kedua lebih kepada pendalaman untuk kondisi darurat seperti serangan jantung, gagal otak, atau bahkan kasus tenggelam. Dengan metode Totok Punggung, Insyaallah kita tidak perlu panik karena tubuh memiliki mekanisme pemulihan alami yang bisa dioptimalkan,” ujarnya.
Abdul Rahman menambahkan bahwa metode ini pertama kali ia pelajari sejak tahun 2011 di Jatimakmur, Pondok Gede. “Dulu awalnya kami hanya kelompok kecil, tapi sejak 2016 komunitas ini terus berkembang dan pada 2018 mulai menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Alhamdulillah, sekarang sudah menjangkau hampir seluruh provinsi, bahkan sampai ke Singapura, Malaysia, dan beberapa negara lain,” katanya.
Selain itu, komunitas Totok Punggung juga rutin mengadakan kegiatan tahunan berskala nasional dan internasional. “Setiap tahun kami menggelar Jambore Totok Punggung, pesertanya mencapai ratusan orang. Tahun lalu saja hampir 150 peserta hadir dari berbagai negara. Bulan Desember 2025 nanti, Insyaallah kami akan mengadakan Training of Trainer (ToT) ke-15 yang akan diikuti peserta dari Malaysia dan Hong Kong. Acara ini dijadwalkan berlangsung pada 12–14 Desember 2025,” jelas Abdul Rahman.
Menurutnya, Totok Punggung bukan hanya teknik pijat biasa, melainkan terapi berbasis akupresur dan akupunktur yang mampu membantu proses pemulihan berbagai penyakit. “Totok punggung itu unik, karena hampir semua penyakit bisa dibantu proses penyembuhannya. Semakin sering diterapkan, semakin cepat hasilnya terlihat. Kasus berat biasanya bisa membaik dalam dua sampai tiga kali terapi. Rata-rata satu sesi terapi berlangsung sekitar satu jam, dan kami rutin berlatih setiap minggu,” ungkapnya.
Kini, jumlah praktisi yang tergabung dalam komunitas Totok Punggung telah mencapai lebih dari 1.000 orang. Abdul Rahman berharap, dengan pelatihan berkelanjutan dan semangat berbagi ilmu, metode terapi ini dapat menjadi alternatif pengobatan alami yang diakui lebih luas, baik di Indonesia maupun di dunia.
“Totok Punggung bukan hanya tentang teknik, tetapi juga tentang niat membantu sesama. Kami ingin setiap orang memiliki bekal untuk menolong dirinya dan orang lain, terutama dalam kondisi darurat. Itu esensi sejati dari terapi ini,” pungkas Abdul Rahman.