JAKARTA, KOMPASSINDO.COM, Rabu, 25 Juni 2025 — Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) menggelar Musyawarah Nasional (Munas) Tahun 2025 di Hotel Le Meridien Jakarta, Rabu (25/6). Mengusung tema “Satu Hati Satu Tujuan”, Munas ini menjadi momentum penting dalam menentukan arah dan masa depan organisasi tinju amatir nasional selama lima tahun ke depan, terutama melalui agenda utama yaitu pemilihan Ketua Umum Pertina periode 2025–2029.
Acara yang digelar sejak pagi ini dihadiri oleh para pengurus Pertina dari seluruh provinsi di Indonesia, tokoh-tokoh olahraga nasional, serta berbagai pemangku kepentingan dalam dunia tinju amatir. Forum Munas juga membahas sejumlah program strategis Pertina ke depan, termasuk pembinaan atlet muda, peningkatan fasilitas pelatihan, serta upaya peningkatan prestasi tinju Indonesia di kancah internasional.
Namun, fokus utama tertuju pada proses pemilihan Ketua Umum yang melibatkan dua kandidat kuat:
- Mayjen TNI (Purn) Komaruddin Simanjuntak, Ketua Umum petahana yang kembali mencalonkan diri.
- Dr. Hillary Brigitta Lasut, S.H., LL.M., anggota DPR RI termuda dari Partai Demokrat, yang dikenal sebagai figur muda dan energik dengan komitmen tinggi terhadap reformasi tata kelola organisasi olahraga.
Persaingan kedua calon berlangsung ketat, bahkan diwarnai dengan sejumlah dinamika di lapangan. Hingga menjelang sore hari, suasana forum mulai memanas karena perbedaan pandangan antar peserta terkait keabsahan hak suara dari beberapa pengurus daerah yang berstatus sebagai Pelaksana Tugas (PLT).
Dalam wawancara dengan media, Dr. Fits Gerald Patty, MM, yang merupakan bagian dari tim sukses Hillary Brigitta Lasut, menyampaikan bahwa pihaknya tengah memperjuangkan hak suara dari sejumlah pengurus provinsi yang telah ditunjuk sebagai PLT namun belum mendapatkan pengakuan penuh oleh pimpinan sidang.
“Total ada 33 hingga 36 suara yang seharusnya bisa berpartisipasi. Namun hingga saat ini, baru 21 suara yang dinyatakan sah untuk kandidat kami, Ibu Hillary. Masih ada beberapa provinsi seperti DKI Jakarta dan Kalimantan Timur yang berstatus PLT dan seharusnya memiliki hak suara, karena mereka sudah memiliki Surat Keputusan (SK) dari pusat. Tapi status mereka masih diperdebatkan,” ungkapnya.
Menurut Fits, kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi tidak fair-nya proses pemilihan, dan berisiko mengurangi semangat demokratis dalam Munas. “Kami harap pimpinan sidang dapat objektif dan menjunjung tinggi asas keadilan organisasi. Jika semua suara dihitung sebagaimana mestinya, maka dukungan terhadap Ibu Hillary sangat signifikan,” tambahnya.
Ketegangan sempat membuat jalannya sidang diskors beberapa kali untuk memberikan ruang mediasi dan klarifikasi antara peserta, tim sukses, dan pimpinan sidang. Meski demikian, para peserta tetap mengikuti jalannya forum dengan penuh semangat dan antusiasme tinggi terhadap masa depan Pertina.
Sampai berita ini disusun, proses pemilihan Ketua Umum Pertina masih berlangsung. Hasil akhir diperkirakan akan diumumkan pada malam hari setelah seluruh rangkaian pemungutan dan penghitungan suara selesai.
Munas Pertina 2025 bukan hanya menjadi ajang pergantian kepemimpinan, tetapi juga simbol semangat regenerasi dan kebangkitan tinju amatir Indonesia. Siapa pun yang terpilih nantinya diharapkan mampu membawa Pertina menjadi organisasi yang lebih inklusif, profesional, dan mampu mencetak prestasi gemilang di pentas nasional maupun internasional.