JAKARTA, KOMPASSINDO.COM — Wakil Menteri Luar Negeri RI, Arif Havas Oegroseno, menyampaikan pentingnya penguatan posisi Indonesia dalam tata kelola dan perdagangan mineral kritis dunia. Hal ini diungkapkan dalam sesi doorstop bersama awak media seusai menghadiri Indonesia Critical Minerals Conference & Expo 2025 yang diselenggarakan pada 3–5 Juni 2025 di Hotel Pullman Jakarta, Selasa (3/6).
Dalam keterangannya, Havas menyoroti pentingnya Indonesia tidak hanya sebagai penyedia sumber daya, tetapi juga sebagai mitra strategis dalam penentuan kebijakan global. “Kita harus aktif dalam pembentukan perjanjian strategis terkait mineral kritis, seperti yang tengah dibangun antara Indonesia dengan negara-negara seperti Inggris, Perancis, Kanada, dan Amerika Serikat,” ungkapnya.
Ia juga menyinggung inisiatif pembatasan ekspor kobalt oleh negara-negara penghasil mineral guna memperkuat nilai tambah di dalam negeri. “Ada usulan agar negara-negara produsen seperti Indonesia bersama-sama membatasi ekspor, agar memiliki daya tawar yang lebih kuat di pasar global,” tambahnya.
Terkait ekspor, Wamenlu menyebut bahwa Indonesia tengah menyiapkan kebijakan bertahap terhadap sejumlah komoditas strategis. “Sudah ada beberapa keputusan mengenai mineral yang tidak bisa diekspor mentah lagi, tapi prosesnya bertahap dan perlu dilihat secara menyeluruh.”
Menjawab pertanyaan media seputar kritik terhadap kebijakan pertambangan dan lingkungan, Havas menekankan pentingnya tata kelola yang responsible dan berkeadilan. “Prinsipnya adalah responsible mining. Kita ingin masyarakat lokal mendapatkan manfaat, lingkungan terjaga, dan sistemnya transparan.”
Ia mengingatkan bahwa kekuatan argumentasi dan pendekatan diplomatis adalah kunci dalam membangun kebijakan berdaulat. “Kita bisa belajar dari Pak Mochtar Kusumaatmadja, bagaimana diplomasi maritim dan prinsip negara kepulauan dinegosiasikan selama puluhan tahun. Itu butuh kecerdasan, bukan sekadar volume suara.”
Lebih lanjut, Havas juga menyampaikan bahwa Indonesia memiliki praktik legalitas yang diakui internasional, seperti sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) dan standar sawit berkelanjutan. “Uni Eropa mengakui sistem kita. Jadi, kita sudah punya landasan kuat untuk bersaing dan berdiplomasi secara adil.”
Acara Indonesia Critical Minerals Conference & Expo 2025 ini menjadi platform strategis bagi pelaku industri, regulator, dan mitra internasional dalam merumuskan arah baru pengelolaan sumber daya mineral kritis yang ramah lingkungan dan berkeadilan. (Hsn)