Cibubur, KOMPASSINDO.COM, Mei 2025 — Dalam sesi diskusi Rakernas ASDEPAMSI 2025, Prof. Dr. Telisa Aulia Falianty, S.E., M.E., Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia serta Tenaga Profesional Lemhannas RI, memberikan pandangan kritis terkait peran strategis Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam merespons tantangan ekonomi global yang semakin kompleks dan dinamis.

Dalam keterangannya kepada awak media usai diskusi, Prof. Telisa menyampaikan bahwa tantangan yang dihadapi BUMD saat ini tidak bisa dipandang sebelah mata, terutama karena posisi daerah sangat tergantung pada kondisi nasional yang pada gilirannya sangat dipengaruhi oleh dinamika global.

“BUMD saat ini menghadapi ujian berat. Perubahan global—seperti perlambatan ekonomi di berbagai negara, perang dagang, konflik geopolitik seperti Rusia-Ukraina hingga India-Pakistan—berimbas langsung pada permintaan komoditas dan daya beli masyarakat. Ketika ekonomi global melambat, nasional ikut melambat, dan daerah dampaknya bisa lebih dalam lagi,” terang Prof. Telisa.

Ia menekankan bahwa BUMD tidak boleh hanya bergantung pada dukungan Pemerintah Daerah, tetapi harus mampu bersikap mandiri dan adaptif dengan menciptakan sumber-sumber pendapatan baru serta melakukan inovasi di sektor bisnis masing-masing.

“BUMD harus semakin kreatif dalam mempertahankan kinerja keuangan dan bisnisnya, terutama karena konsumen utama mereka—masyarakat kelas menengah ke bawah—sedang mengalami tekanan ekonomi, termasuk gelombang PHK dan penurunan daya beli,” jelasnya.

Prof. Telisa juga mencontohkan beberapa bentuk inovasi dari BUMD yang telah berhasil, seperti diversifikasi produk oleh Food Station milik Pemprov DKI Jakarta, dan inisiatif strategis sejumlah Bank Pembangunan Daerah (BPD) dalam menjaga kinerja keuangan mereka.

Tak hanya itu, ia juga menekankan pentingnya membangun kecintaan masyarakat terhadap produk dan layanan BUMD melalui pendekatan edukatif dan sosialisasi yang intensif.

“BUMD juga harus hadir di tengah masyarakat, memberikan pemahaman akan pentingnya membeli dan menggunakan produk serta layanan dari perusahaan milik daerah. Ini bukan hanya soal bisnis, tapi juga soal membangun kemandirian ekonomi lokal,” tutupnya.

Pernyataan Prof. Telisa menjadi catatan penting dalam Rakernas kali ini, bahwa transformasi BUMD tak cukup hanya pada aspek teknis dan administratif, tetapi juga memerlukan keberanian dalam berinovasi dan kemampuan membaca dinamika ekonomi global secara jernih.

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *