JAKARTA, KOMPASSINDO.COM – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendorong investasi infrastruktur berkelanjutan sebagai bagian dari Belt and Road Initiative (BRI) untuk menciptakan masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Bidang Infrastruktur Kadin Indonesia, Rico Rustombi, dalam acara Inaugural Global Business Summit on Belt and Road Infrastructure Investment for Better Business, Better World, and Sustainable Development Goals yang berlangsung di Kantor Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Jakarta Pusat, Minggu (25/05/2025).
Rico menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan mitra global untuk membuka jalan menuju pembangunan berkelanjutan melalui investasi infrastruktur yang berani. “Tujuan kita sangat jelas, yakni memastikan masa depan yang lebih cerah dan inklusif untuk semua,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa pertemuan ini bukan sekadar seremoni, melainkan wadah konvergensi ide dan landasan perubahan transformatif, di tengah tantangan global seperti perubahan iklim dan alokasi sumber daya yang ketat. “Summit ini mewujudkan semangat persatuan dan visi jangka panjang. Kita di sini untuk membangun kepercayaan, bertukar ide, dan bertindak tegas demi lingkungan bisnis yang lebih baik dan dunia yang lebih baik,” tambah Rico.
Indonesia, lanjut Rico, berada pada posisi strategis dalam BRI untuk meraih manfaat perdagangan dan investasi global sekaligus membagikan kekuatan uniknya. “Kita adalah bangsa yang memadukan tradisi dan inovasi. Kemampuan kita untuk menyelaraskan kebijakan ekonomi progresif dengan pelestarian budaya dan lingkungan akan menjadi dasar kesuksesan,” katanya.
Kadin melihat investasi China di Indonesia sebagai opsi penting untuk mempercepat realisasi program Asta Cita yang dicanangkan Presiden RI, Prabowo Subianto, dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen. “Kadin telah menginisiasi diskusi dengan berbagai pihak terkait BRI yang mencakup sektor energi terbarukan, pengembangan modal manusia, teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), serta pengembangan alat kesehatan,” ujar Rico.
Ia menambahkan bahwa inisiatif One Belt One Road sangat membantu Kementerian Investasi mempercepat proses investasi di Indonesia dan mendorong keterlibatan sektor usaha nasional dengan mitra pengusaha China. Beberapa perusahaan anggota Kadin sudah menjalin kerja sama investasi berbasis Environmental Sustainability Goals (ESG) yang mengacu pada Sustainable Development Goals (SDGs).
Selain itu, diskusi dalam summit juga menyoroti inisiatif penyediaan makan bergizi gratis (MBG) untuk ketahanan pangan dengan dukungan teknologi canggih dari China. “Teknologi mutakhir dari China akan dibawa ke Indonesia guna memastikan masyarakat tidak lagi kekurangan gizi,” jelasnya.
Sementara itu, Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Wakil Kepala BKPM, Todotua Pasaribu, menegaskan pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 8 persen dalam lima tahun mendatang sebagai bagian dari visi Indonesia Emas 2045. “Kami menargetkan investasi langsung berkualitas sekitar 815 miliar dolar AS pada periode 2025-2029, atau sekitar 15,7 persen dari rata-rata pertumbuhan saat ini,” ungkapnya.
Roving Ambassador to the Pacific dari United in Diversity Foundation Indonesia, Tantowi Yahya, menyampaikan bahwa BRI berpotensi menjadi kekuatan pemersatu di tengah tantangan global seperti perubahan iklim dan ketidaksetaraan sosial. “Inisiatif ini, jika dijalankan dengan integritas dan keberlanjutan, bukan hanya menjembatani kawasan, tetapi juga menyatukan aspirasi dan tindakan, kemakmuran dan tujuan,” katanya. Ia menekankan pentingnya membangun kepercayaan sebagai fondasi masa depan bersama.
Inaugural Global Business Summit on Belt and Road Infrastructure Investment menjadi platform utama yang mempertemukan pemangku kepentingan dari sektor publik, swasta, filantropi, masyarakat sipil, organisasi internasional, akademisi, dan pemuda dari China, Indonesia, dan kawasan untuk memperdalam komitmen dan mendorong tindakan kolektif.
Sebagai informasi, Belt and Road Initiative (BRI) adalah strategi pembangunan infrastruktur global yang diluncurkan pemerintah China pada 2013. Dengan dua komponen utama, Silk Road Economic Belt (jalur darat) dan 21st Century Maritime Silk Road (jalur laut), BRI melibatkan lebih dari 150 negara dan organisasi internasional, bertujuan meningkatkan kerja sama ekonomi, perdagangan, dan investasi di Asia, Eropa, dan Afrika.