JAKARTA, KOMPASSINDO.COM – Kemeriahan Lebaran Betawi 2025 yang digelar di Silang Monas, Jakarta, Sabtu (26/4/2025), turut menyimpan keresahan di balik perayaan budaya tersebut. Acara yang dibuka secara resmi oleh Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung bersama Wakil Gubernur Rano Karno itu menampilkan ragam hiburan seni, budaya, dan kuliner khas Betawi. Namun di tengah semarak perayaan, sejumlah pegiat seni dan budaya Betawi menyuarakan kekecewaan mereka terkait dugaan korupsi di Dinas Kebudayaan DKI Jakarta.
Keluhan tersebut disampaikan kepada Ketua Forum Aliansi Masyarakat Anti Korupsi (FORMASI), Jalih Pitoeng, yang turut hadir dalam acara tersebut. Salah satunya datang dari Panca Nur, cicit dari guru besar silat tradisi Beksi, Kong Hasbullah.
“Kami dengar kabar ini sangat menyakitkan. Dana sebesar itu seharusnya digunakan untuk pembinaan, bukan dikorupsi,” ujar Panca Nur dengan logat Betawi kental.
Panca mengungkapkan, para pegiat seni tradisi Betawi selama ini berjuang keras membesarkan perguruan silat tanpa dukungan memadai dari pemerintah.
“Ternyata, dana yang semestinya untuk kami justru dikorupsi. Kami baru menyadari setelah Cing Jalih Pitoeng membongkar kasus ini,” tambahnya.
Senada dengan Panca, Jawara Betawi asal Gabus, Bekasi, Damin Sada, juga mengecam dugaan tindak pidana korupsi tersebut.
“Sejak tiga tahun lalu saya sudah menduga adanya kejanggalan. Saya sempat menyampaikan kecurigaan itu kepada Jalih Pitoeng, namun waktu itu belum banyak yang berani,” ungkap Damin Sada.
Ia menyampaikan apresiasinya atas keberanian Jalih Pitoeng yang gigih membongkar kasus tersebut.
“Jalih tidak hanya peduli, tetapi juga cerdas, berani, dan memiliki nyali besar,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Damin Sada menekankan pentingnya menjaga persatuan di tengah perbedaan pandangan antarorganisasi Betawi.
“Melalui Lebaran Betawi ini, mari kita bersatu, menjaga silaturahmi, dan membuktikan bahwa anak Betawi mampu menjadi tuan di kampungnya sendiri,” serunya.
Sementara itu, Jalih Pitoeng menegaskan komitmennya untuk terus mengawal proses hukum terkait dugaan korupsi di Dinas Kebudayaan DKI Jakarta.
“Saya dan FORMASI berkomitmen menjadi ‘anjing penjaga’ yang terus mengawasi dan mengawal jalannya proses ini,” tegas Jalih.
Ia juga menyatakan tidak akan memberikan ruang bagi oknum yang merugikan negara dan masyarakat.
“Korupsi adalah kejahatan luar biasa. Ini bukan sekadar merugikan negara, tetapi juga menghancurkan harapan rakyat. Oleh karena itu, kami akan terus berdiri di garis depan melawan korupsi,” tandasnya.
Jalih turut mengajak masyarakat, pegiat seni, pengurus sanggar silat, jawara, serta netizen untuk berperan aktif dalam mengawasi dan mengawal kasus ini.
“Mari kita bersama-sama menjaga budaya kita dan memastikan tidak ada lagi pihak-pihak yang mengkhianati kepercayaan rakyat,” pungkasnya.