JAKARTA, KOMPASSINDO.COM – Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Papua Selatan, Drs. Agustinus Joko Guritno, M.Si, menegaskan pentingnya koordinasi berkelanjutan dalam upaya pencegahan terorisme di Tanah Air, khususnya di wilayah Papua Selatan.
Pernyataan tersebut disampaikannya saat ditemui awak media di sela-sela pelaksanaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-XII FKPT Tahun 2025 yang berlangsung pada 22–24 April 2025 di Hotel Vasaka, Jakarta, Rabu (23/4). Rakernas ini dihadiri oleh 36 Ketua FKPT Provinsi dan dua Ketua FKPT dari tingkat kabupaten/kota se-Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Drs. Agustinus Joko Guritno baru saja dikukuhkan bersama para ketua FKPT lainnya oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Eddy Hartono, S.I.K., M.H.

Ketua FKPT Papua Selatan hadir didampingi timnya yang terdiri dari Jainal Maruapey, S.T., M.Si (Sekretaris), Ir. H. Muhammad Jufri Thamrin (Kabid Keagamaan, Ekonomi & Budaya), serta Ir. Izak Habel Wayangkau, S.T., M.T (Kabid Pengkajian dan Penelitian).
“Kami di daerah mendukung penuh BNPT dalam upaya pencegahan terorisme. Selama ini, pendekatan pencegahan belum banyak dikenal masyarakat, padahal inilah yang paling penting. Kita perlu terus berkoordinasi secara terbuka, sehingga potensi pengaruh negatif bisa dideteksi dan dicegah sejak dini,” ujarnya.
Agustinus menambahkan bahwa pemerintah daerah, termasuk SKPD, memiliki peran strategis dalam menciptakan lingkungan yang aman dari pengaruh ideologi radikal dan terorisme.
“Situasi di Papua Selatan. memang relatif kondusif, namun kita tidak boleh lengah. Pengaruh negatif bisa masuk melalui berbagai celah, termasuk melalui kegiatan sosial dan ekonomi seperti pasar murah. Oleh karena itu, komunikasi aktif dan kolaborasi lintas sektor—termasuk dengan TNI dan Polri— dan Komonitas Intelejen Daerah,sangat diperlukan,” jelasnya.
Ia juga berharap seluruh elemen pemerintahan di Papua Selatan terus menjaga suasana kondusif dan tidak mengabaikan pentingnya deteksi dini terhadap potensi ancaman.
“Jangan sampai kita hanya bereaksi setelah kejadian. Pencegahan harus dilakukan secara nyata dan berkelanjutan, bukan sekadar formalitas,” pungkasnya.