JAKARTA – Di tengah rangkaian acara Rapat Kerja Teknis Densus 88 AT Polri T.A. 2025 yang digelar pada Selasa (22/4) di Jakarta, hadir sosok inspiratif yang mencuri perhatian banyak pihak. Ia adalah Ismail, pemilik usaha kuliner Brand Ayam Bakar Bu Tuti, sebuah brand dari salah satu UMKM binaan Densus 88 Satgas D.I Yogyakarta. Kehadirannya bukan sekadar membuka stand bazar, tapi juga membawa pesan kuat tentang harapan, perubahan, dan kebangkitan dari masa lalu yang kelam.
Ismail bukan orang biasa. Ia merupakan eks anggota kelompok JAD (Jamaah Ansharut Daulah) yang kini telah sepenuhnya kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Setelah menjalani masa hukumannya selama 2 tahun setengah pada 2018, Ismail tak tinggal diam. Ia memilih bangkit, membangun hidupnya kembali dari nol, dan membuka usaha rumah makan Ayam Bakar Bu Tuti yang kini cukup dikenal di Yogyakarta.
“Saya memang pernah terjatuh, tapi setelah keluar dari masa hukuman, saya sadar, saya harus bangkit. Waktu itu saya benar-benar tidak punya apa-apa. Usaha bangkrut, tidak ada penghasilan,” kenangnya.
Nama Ayam Bakar Bu Tuti sendiri diambil dari nama sang kakak perempuan yang mengajarkannya resep bumbu legendaris turun-temurun. Ismail memulai usahanya dari awal pada tahun 2020, dan perlahan-lahan usahanya mulai berkembang. Menu andalannya adalah ayam bakar satu rasa khas Bu Tuti, yang memiliki cita rasa unik dan berbeda. Selain ayam bakar, ia juga menyediakan varian lain seperti ayam goreng crispy dan ayam rendang.
“Kalau ayamnya saja, satu kilo isinya sepuluh potong, harganya bisa 11.000-an. Tapi kalau dijual lengkap dengan nasi dan sayur, harganya jadi 15.000. Itu sudah proporsional dan terjangkau,” jelasnya.
Kini, berkat kegigihan dan semangat pantang menyerah, usaha Ayam Bakar Bu Tuti bukan hanya membantu perekonomian keluarga Ismail, tapi juga memberi dampak sosial yang luas. Ia bisa menyekolahkan anak-anaknya, bahkan mampu membeli kendaraan bermotor dan mobil hasil dari jerih payah sendiri.
Lebih dari itu, Ismail juga menjadi simbol transformasi positif dan bukti nyata bahwa mantan narapidana terorisme bisa berubah dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat. Melalui binaan dari Densus 88, ia merasa dirangkul, dibimbing, dan diberi ruang untuk tumbuh kembali sebagai bagian dari bangsa ini.
“Harapan saya, Densus 88 terus mendampingi orang-orang seperti kami. Kami ini tetap saudara sebangsa, seiman, dan se-Tanah Air. Setelah kami jatuh, kami butuh dirangkul, bukan dijauhi,” ucap Ismail penuh harap.
Ismail juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada seluruh pihak yang telah mendukung perjalanannya, terutama Densus 88 yang tidak hanya menjalankan tugas pemberantasan terorisme, tetapi juga berperan aktif dalam program deradikalisasi dan pembinaan eks narapidana terorisme.
Kisah Ismail adalah bukti bahwa harapan selalu ada, bahkan dari titik terendah sekalipun. Dan lewat brand Ayam Bakar Bu Tuti, ia terus menyalakan semangat perubahan, tak hanya untuk dirinya, tapi juga bagi Indonesia yang lebih damai dan sejahtera.