JAKARTA, KOMPASSINDO.COM – Dalam semangat silaturahmi dan sinergi lintas sektor, puluhan pelaku industri pertambangan di Indonesia berkumpul dalam ajang Halal Bihalal Asosiasi Pertambangan 2025 yang digelar di Golden Ballroom, Hotel Sultan Jakarta, Senin (21/4/2025). Mengangkat tema “Hadapi Tantangan Melalui Ukhuwah Pertambangan”, kegiatan ini menjadi simbol kekuatan kebersamaan yang dibangun oleh para pelaku industri Minerba (Mineral dan Batubara), sekaligus momentum penting untuk mempererat tali ukhuwah dalam menghadapi tantangan dunia pertambangan ke depan.

Dalam acara yang dihadiri berbagai tokoh penting dan perwakilan asosiasi, Ketua Umum Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia (MGEI-IAGI), Rosalyn Wulandhary, tampil sebagai salah satu figur sentral. Dalam keterangannya kepada media, Rosalyn menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan membangun semangat kolaborasi dan kesatuan di tengah kompleksitas tantangan regulasi dan dinamika sektor pertambangan nasional.

“Melalui acara ini, kita ingin menunjukkan bahwa pelaku industri pertambangan bisa bersatu lintas asosiasi. Sebenarnya ada 23 asosiasi yang tergabung, namun yang hadir saat ini antara lain adalah asosiasi-asosiasi besar dari berbagai subsektor. Harapannya, kita semua bisa terus bersatu dan berkolaborasi membangun negeri, khususnya di sektor Minerba, dengan semangat yang sinergis dan berkelanjutan,” ujar Rosalyn.

Adapun asosiasi-asosiasi yang hadir dalam acara ini antara lain:

  1. Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI)
  2. Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
  3. Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia (MGEI)
  4. Indonesia Mining Association (IMA)
  5. Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI)
  6. Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (AP3BI)
  7. Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemurnian Bauksit Alumina Indonesia (AP3BAI)
  8. Gabungan Industri Aluminium Indonesia (GALUNESIA)
  9. Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI)
  10. Asosiasi Industri Timah Indonesia (AITI)
  11. Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I)
  12. Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia (ASPINDO)
  13. Asosiasi Profesi Metalurgi Indonesia (APROMETINDO)
  14. Perkumpulan Pertambangan dan Industri Silika Indonesia (PERTAMISI)
  15. Asosiasi Tambangan Batuan Indonesia (ATBI)
  16. Perkumpulan Tenaga Ahli Alat Berat Indonesia (PERTAABI)
  17. Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia – Indonesian Coal Mining Association (APBI – ICMA)
  18. Forum Industri Nikel Industri (FINI)
  19. Forum Reklamasi Hutan Pada Lahan Bekas Tambang (FRHLBT)
  20. Himpunan Penambang Kuarsa Indonesia (HIPKI)
  21. Asosiasi Bauksit Indonesia (ABI)

Menurut Rosalyn, penting bagi seluruh pemangku kepentingan untuk duduk bersama sebelum sebuah regulasi diterapkan. Ia mengingatkan bahwa harmonisasi antara dunia usaha dan pemerintah sangat dibutuhkan agar kebijakan yang dihasilkan tidak hanya kuat di atas kertas, tapi juga aplikatif dan adil bagi semua pihak.

“Kita semua ingin membangun negeri, tapi tentu pengusaha juga perlu dilibatkan sejak awal sebelum aturan diterbitkan. Supaya kita bisa mencari titik temu, mengetahui apa maunya pemerintah dan apa tantangan yang dihadapi pengusaha. Kalau sudah keluar aturan ya kita ikuti, tapi semoga masih terbuka ruang untuk evaluasi dan perbaikan,” jelasnya.

Lebih jauh, Rosalyn menilai bahwa forum seperti ini juga membuka peluang besar untuk memperluas jejaring kerja sama, membangun komunikasi yang lebih erat antar asosiasi, dan memperkenalkan kekuatan kolektif sektor Minerba kepada kementerian dan lembaga pemerintah.

“Dengan banyaknya asosiasi yang hadir, kita bisa memperluas networking, saling mengenal satu sama lain, dan tidak hanya berputar di lingkaran asosiasi masing-masing. Tadi juga hadir perwakilan dari Kementerian ESDM, Kehutanan, pendidikan, dan lainnya. Artinya, kegiatan ini membuka peluang kerja sama lintas sektor,” ungkap Rosalyn.

Rosalyn juga menyinggung pentingnya arah pembangunan sektor pertambangan yang selaras dengan prinsip keberlanjutan. Menurutnya, pertambangan modern harus mampu menjawab tantangan zaman, termasuk mendorong transisi menuju ekonomi hijau dan menjaga lingkungan hidup.

“Kalau tambang selesai beroperasi, daerahnya jangan sampai mati. Harus tetap bisa tumbuh dengan pendekatan yang inklusif dan berkelanjutan. Ini penting, agar manfaat pertambangan bisa dinikmati dalam jangka panjang oleh masyarakat sekitar,” tuturnya.

Suasana acara yang hangat dan penuh semangat kolaborasi ini menjadi bukti nyata bahwa sinergi antar asosiasi bisa menjadi motor penggerak kemajuan industri pertambangan nasional. Seluruh peserta menyatakan komitmennya untuk terus memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam membangun pertambangan yang tangguh, bersih, dan berkontribusi bagi Indonesia Emas 2045.

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *