JAKARTA, KOMPASSINDO.COM – Yeyen Roswargita, sosok di balik CV Batik Hydda Saputra asal Cirebon, telah mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan batik sebagai identitas Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Dalam wawancara di sela-sela persiapan Pelantikan Satuan Musyawarah Nasional APKS PB PGRI di Jakarta, Selasa (11/2), Yeyen mengungkapkan perjalanan panjang batik Kusuma Bangsa yang kini menjadi seragam resmi PGRI di seluruh Indonesia.
Yeyen menjelaskan bahwa batik Kusuma Bangsa bukan sekadar kain, tetapi simbol kebersamaan dan dedikasi guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. “Kami telah dipercaya puluhan tahun oleh PGRI untuk menyediakan batik ini. Motif Kusuma Bangsa adalah hasil desain saya sendiri, yang saya ciptakan dengan makna mendalam untuk menggambarkan semangat pengabdian para guru,” ujarnya.
Dalam proses produksinya, CV Batik Hydda Saputra menggunakan berbagai bahan, termasuk semi sutra dan tekstil berkualitas tinggi. “Pengerjaan batik ini memerlukan waktu dua minggu hingga satu bulan, tergantung tingkat kerumitannya. Kami memproduksi sesuai pesanan, sehingga prosesnya bertahap dan berkelanjutan,” jelasnya.
Menariknya, perjalanan CV Batik Hydda Saputra dalam menyediakan batik resmi PGRI juga mengalami beberapa perubahan kepemimpinan. Awalnya, perusahaan ini dipimpin oleh Hyuda Kharisma, anak pertama Yeyen. Namun, setelah Hyuda memiliki usaha sendiri, kepemimpinan beralih ke anak keduanya, Dhayu Reviany. Kini, tongkat estafet kepemimpinan dipegang oleh Detya Amanda.
“Meskipun kini perusahaan dipimpin oleh anak-anak saya, saya tetap mewakili mereka karena sejak awal pendirian CV Batik Hydda Saputra, mereka masih bersekolah. Desain dan motif Kusuma Bangsa adalah hasil karya saya sendiri, sebagai bentuk harapan seorang ibu yang ingin mensejahterakan anak-anaknya,” kata Yeyen dengan penuh kebanggaan.
Lebih dari sekadar bisnis, Yeyen menegaskan bahwa motif Kusuma Bangsa adalah pakaian kebanggaan korps PGRI, yang menghubungkan seluruh guru di Indonesia dalam satu identitas yang kuat. “Batik ini bukan sekadar kain, tetapi perekat yang menyatukan keluarga besar PGRI di seluruh negeri,” tuturnya.
Makna Simbolis Motif Kusuma Bangsa
Batik Kusuma Bangsa memiliki filosofi yang dalam. Gambar bunga pada motif ini melambangkan guru sebagai pendidik yang mencetak generasi penerus yang akan mengharumkan bangsa. Sementara itu, gambar sawat disimbolkan sebagai sayap yang membawa generasi muda menuju masa depan yang lebih cerah.
Selain itu, gambar undakan menggambarkan jenjang pendidikan dari TK hingga perguruan tinggi, sedangkan daun melambangkan pertumbuhan yang berkelanjutan menuju keberhasilan. Simbol rantai yang terdapat dalam motif ini mencerminkan persatuan dan dukungan yang kuat di antara para pendidik.
Keberadaan batik Kusuma Bangsa semakin diperkuat dengan Surat Pengurus Besar PGRI Nomor 2478/Um/PB/XXI/2003 yang menetapkan batik hitam-putih ini sebagai seragam nasional PGRI. Hal ini dipertegas kembali melalui Surat PB PGRI Nomor 793/Um/PB/XXI/2013 yang mengatur standar pakaian seragam PGRI, termasuk bahan dan desainnya.
Dengan filosofi yang mendalam dan sejarah panjangnya, batik Kusuma Bangsa tidak hanya menjadi simbol kebanggaan bagi para guru, tetapi juga warisan budaya yang memperkuat persatuan tenaga pendidik di seluruh Indonesia.