Jakarta, Kompassindo.com – Badan Pusat Statistik (BPS) RI mencatat berbagai perkembangan ekonomi, termasuk inflasi, sektor pariwisata, serta transportasi nasional. Dalam konferensi pers yang digelar di Kantor BPS RI, Jakarta, Senin (3/2), Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, memaparkan data terbaru yang menunjukkan tren positif dalam berbagai sektor.

Inflasi dan Perubahan Metodologi

BPS memperbarui sistem klasifikasi komoditas dalam perhitungan inflasi. Dari 687 komoditas sebelumnya, kini daftar diperluas menjadi 781 komoditas, menggunakan Klasifikasi Baku Komoditas Indonesia (KBKI) yang lebih terperinci. Selain itu, perubahan komposisi nilai penjualan grosir juga terjadi. Sektor makanan, minuman, tembakau, tekstil, pakaian, dan produk kulit kini mendominasi dengan kontribusi 31,57%, dibandingkan sebelumnya yang dikuasai oleh sektor industri dengan 79,79%.

Pada Januari 2025, inflasi Harga Perdagangan Besar (IHPB) secara bulanan mencapai 0,80%, sedangkan secara tahunan berada di angka 2,11%. Kenaikan harga terbesar terjadi pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, dengan produk makanan, minuman, dan tembakau sebagai penyumbang utama inflasi. Sementara itu, di sektor konstruksi, terjadi deflasi 0,04% secara bulanan, namun mengalami inflasi tahunan sebesar 0,87%.

Pariwisata: Kunjungan Wisman Capai Rekor Tertinggi

BPS juga melaporkan lonjakan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) pada Desember 2024. Total kunjungan wisman mencapai 1.244.372, meningkat 13,95% dibandingkan bulan sebelumnya dan naik 8,72% secara tahunan. Sepanjang tahun 2024, total kunjungan wisman mencapai 13,9 juta, tumbuh 19,05% dibandingkan 2023, meski masih di bawah level pra-pandemi 2019 yang mencapai 16,1 juta kunjungan.

Malaysia menjadi penyumbang wisatawan terbesar, disusul Singapura dan Australia. Wisman asal Malaysia umumnya masuk melalui Batam, sementara Australia melalui Bandara Ngurah Rai, Bali. Secara rata-rata, wisman menghabiskan 6,98 malam di Indonesia dan mengeluarkan sekitar 1.287,33 USD per kunjungan, dengan mayoritas pengeluaran digunakan untuk akomodasi dan makanan. Wisman asal Eropa mencatat pengeluaran tertinggi, mencapai 2.900 USD per perjalanan dengan rata-rata lama tinggal 12,22 hari.

Di sektor pariwisata domestik, jumlah perjalanan wisatawan Nusantara (wisnus) pada Desember 2024 mencapai 101,1 juta perjalanan, meningkat 25,4% dibandingkan bulan sebelumnya, didorong oleh libur Natal dan Tahun Baru. Sepanjang tahun 2024, perjalanan wisnus mencapai 1,02 miliar, tumbuh 21,61% dari tahun sebelumnya dan menjadi rekor tertinggi dalam enam tahun terakhir. Jawa Timur menjadi destinasi utama dengan kontribusi 21,42%.

Meningkatnya Perjalanan ke Luar Negeri

Jumlah warga Indonesia yang bepergian ke luar negeri juga meningkat signifikan. Pada Desember 2024, terdapat 810.438 perjalanan ke luar negeri, naik 8,05% dibandingkan bulan sebelumnya dan 19,13% secara tahunan. Sepanjang 2024, total perjalanan keluar negeri mencapai 8,9 juta, tumbuh 18,99% dibandingkan 2023. Malaysia, Arab Saudi, dan Singapura menjadi tujuan utama, dengan Malaysia mencatat 31,01% dari total perjalanan.

Tingkat Hunian Hotel dan Transportasi

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Indonesia pada Desember 2024 mencapai 58,06%, dengan provinsi tertinggi adalah Yogyakarta (70,24%). Kalimantan Timur mencatatkan TPK tertinggi selama empat tahun berturut-turut.

Di sektor transportasi, jumlah penumpang angkutan udara, laut, dan kereta api mengalami kenaikan baik secara bulanan maupun tahunan, didorong oleh peningkatan mobilitas akhir tahun.

Dengan berbagai indikator ekonomi yang menunjukkan pemulihan dan pertumbuhan, BPS optimistis bahwa tahun 2025 akan menjadi momentum positif bagi berbagai sektor ekonomi di Indonesia.

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *